Just up date

*Uhuk-uhhuk* Elap-elap debu wordpress, saking lamanya gak dikunjungin 🙂 Mmmh, mau cerita apa yah? Pengen up date kesibukanku aja sih. Aku sekarang emang lagi gak mood untuk nulis blog. Alesannya? Duh ini lagi banyak yang diurusin, tapi secara persentase sih banyakan urusan kuliah yang lagi dikerjain nih, soalnya udah term terkahir yang artinya harus menyelesaikan penelitian untuk tesis. Duhai Illahi Rabb, yaa Rahman yaa Rahim, hamba mohon mudahkankanlah hamba dalam menyelesaikan studi S2 hamba ini yaa Allah. Mohon doanya juga yah temen2 🙂

Categories: Uncategorized | Tags: | Leave a comment

Ufa’s progress :)

Ufa is 2,5 years old now, and she has been made his parents proud of her. Her cognitive  progress is significanly rapid enhancing. Since 2 YO she has could sing a lot of children songs such as twinkle2 little star, I love you “barney’ song”, kupu-kupu yang lucu, cicak di dinding, lihat kebunku, satu-satu aku sayang, tik-tik bunyi hujan, nina bobo, bismillah “syamil’ song”, bintang kejora, pelangi-pelangi, selamat ulang tahun, happy birthday, kelinciku, ambilkan bulan bu, naik delman, menanam jangung, ke puncak gunung.

And the proudest of her is she can rote reading of short prayers, such as Al fatihah surah, before sleep-prayer, and for parents-prayer. Subhanallah walhamdulillah thank to Allah that has gave us the most sholehah and clever girl in the world.

Abah and bunda are the luckiest parents in the world that having you as our fruit of love. And we promise to you, girl, that we will serve you as the best as we can do. We will keep praying to your happiness in this world and afterlife.

Categories: Family, Love, Ufa | Leave a comment

Conversation #1

Sasat: Hei sayang, nanti klo ketemu temen bunda atau abah dan ditanya Ufa harus berani jawab yah?

Ufa: He’eh.

S: Yuk coba yuk sekarang. Wah cantiknya, namanya siapa sih?

Ufa: Indana Zufa Nunggaha *maksudnya Indana Zulfa Nugraha*

S: Panggilannya siapa?

U: Ufaaa..

S: Umurnya berapa tahun?

U: umulnya dua tahun.

S: Udah sekolah belum?

U: belum.

S: Ufa mau sekolah gak?

U: Mauu..

S: Sekolah dimana?

U: di PAUD.

S: *senyum-senyum bangga* ..lanjut bertanya… Ufa tinggalnya dimana?

U: ummm *sambil mikir* di lumah yang keciiil sekali…

S: *ngelus2 dada, hadeh Ufaaaa, doain deh biar abah-bunda bisa bangun istana buat tempat tinggal Ufa*

Categories: Ufa | Leave a comment

Reminiscing: Two Apart Become Unite

Banyak temen2 yang nanyain bagaimana kisah cintaku sama suamiku sampai bisa menikah. Mungkin beberapa pertanyaan awal dari mereka kaya begini: “Kok bisa kenal sama mas Ganjar, emang kenal dimana?” atau “Suamimu temen apa sama kamu Sat sebelum nikah?” atau “Sat, suamimu dulu kuliah di IPB yah, dan kamu ketemu sama dia di IPB juga?” atau “Gimana sih cerita kamu sama suamimu sampai akhirnya nikah?” Itu sih beberapa generalisasi pertanyaan kebanyakan orang yang penasaran kisah aku sama suamiku sebelum nikah.

So, aku mau reminiscing aja di blog ini gimana sih perjalananku sampai akhirnya menikah sama suamiku. Tapi klo cuma bicara kenal dari sebelum nikah sampai ke hari pernikahan sebenernya enggak epic2 amat sih, untuk dijadiin cerita sinetron gak seru kayaknya. Soalnya tuh aku dari komitmen untuk menikah sampai pada tanggal pernikahan hanya berjalan 3 bulan aja, gak ada sesuatu yang drama and romantic kecuali kisah persiapan pernikahan yang semua kami urus berdua tanpa mau merepotkan orang2 tua kami. Etapi ya namanya orang tua yah, mana mau duduk ongkang2 kaki dihadapkan depan mata sama perhelatan akbar pernikahan anaknya, tetep aja mereka bantu2 mulai dari merekomendasikan paket catering yang terbukti ciamik menurut mereka sampe bantu doa 🙂 But their pray are meaning so much to us.

Nah jadi begini ceritanya, aku memang kuliah di IPB angkatan 2002 , dan suamiku pun sama mahasiswa IPB pada angkaan yang sama pula denganku, yang klo di IPB nyebutnya angkatan berdasarkan ulang tahunnya IPB bukan berdasarkan tahun masuk mahasiswa, jadi untuk tahun masuk kami 2002 disebutnya angkatan 39. Di IPB aku dan suamiku bener2 dua individu mahasiswa yang tidak saling mengenal, bahkan kami gak tau apakah selama 4,5 tahun masa perkuliahan kami di Bogor, pernah saling bertemu selintas aja ketemu gitu berpapasan di jalan, Wallahu’alam kami gak tau sama sekali. Sebenernya sih aku penasaran banget apakah selama kuliah di IPB yang kami sama2 menghabiskan sekitar 3 tahun di tempat yang sama di Dramaga, apa pernah sih aku ketemu sama suamiku, klo ada video rekamannya di pundakku misalnya pengen deh aku puter cuma sekedar pengen liat apa dulu sempet kami dipertemukan walau sedetik? hehehe 😛

Suamiku masuk IPB di fakultas Perikanan lewat jalur PMDK dan sementara aku masuk di fakultas MIPA lewat jalur SPMB, selama masa awal2 kuliah namanya masa Tahap Pendidikan Bersama (TPB) seluruh mahasiswa IPB diwajibkan tinggal di asrama baik siswa matrikulasi PMDK yang lebih duluan masuk maupun siswa baru SPMB yang belakangan masuk kaya aku ini. Asrama IPB diwajibkan kepada mahasiswa selama setahun TPB baru pada angkatan 39 ini, jadi kami perdana menghuni gedung asrama yang baru kelar dibangun juga. Asrama putra dan putri terpisah cukup jauh walaupun sama2 dalam lingkungan kampus IPB Dramaga. Klo untuk aku yang tinggal di Jakarta dengan adanya kewajiban stay di asrama ini sangat membantu, jadi aku udah gak usah repot2 lagi nyari kost2an di Bogor untuk setahun pertama, tapi klo bagi suamiku dan temen2 lain yang domisilinya di Bogor, kewajiban ini kayanya memberatkan dan mubazir deh soalnya kan buat apa mereka bayar asrama sementara sebenernya rumah mereka bisa dilaju dari kampus. Tapi ya namanya peraturan harus tetep dipatuhi jadi buat yang berdomisili di Bogor mereka tetep harus bayar uang asrama selama setahun, walaupun kenyataannya banyak juga yang jarang tidur di asrama, ya iyalah ya dimana-mana juga enakan tinggal di rumah sendiri, makan gratis, bisa nonton TV sepuasnya, dan bisa manja2an sama ortu, dibanding tinggal di asrama makan kudu beli  dan segabruk peraturan. Di asrama tuh barang2 elektronik yang harus pake listrik is not allowed such as TV, radio, notebook, even water heater, ya Tuhan can you imaging how was my life in there?  Yes it was quite boring. TV cuma ada 2 yaitu di ruang kantin yang klo nonton udah kaya lagi maen layangan leher kudu ngedangak soalnya TVnya udah kecil dan digantung di tembok atas pula, dan di lantai 2 yang klo nonton musti ngantri. Omagah aku sih ogah deh berpegel2 leher dan ngantri buat nonton TV di ruangan rame dan yang nonton segabruk, jadi gak bisa pilih chanel seenak kita. Terus sekamar ukuran 4×3 meter diisi sama 3-4 mahasiswa jadi pake 2 kasur tingkat gitu, berhubung aku anak SPMB kan datengnya belakangan jadi yah masuk2 ke kamar asrama udah dihuni 3 orang dan aku kebagian kasur yang di atas, ya mo gimana lagi terima nasib aja deh dan jadi anak baru biar gak dipelonco sama temen kamar ya kudu bersikap nrimo. Belom lagi cerita2 mistis yang membumbui kehidupan di asrama, waaah klo yang ini skip aja deh ya. Tapi justru ini yang membuat rumahtanggaku seru soalnya bisa tuker cerita pengalaman masing2 di IPB, juga saling croscek tau gak sih dulu tentang cerita2 serem yang sempet menghebohkan di IPB pada angkatan kami.  Errrr….ini ko jadi kepanjangan cerita kisah di IPBnya, hahaha 😀

Long story short, aku baru tau juga klo ternyata aku diwisuda bersamaan dengan hari diwisudanya suamiku juga loh yaitu tanggal 13 Juni 2007, and again aku penasaran apakah hari itu aku bersama ratusan wisudawan lain yang dikumpulin di gedung Graha Widya Wisuda (GWW) IPB pernah sekali aja ketemu berpapasan sama the-one-in-a-million-man itu? Ah lagi-lagi andai aja di jidatku (eh atau di pundak ya, ah whereever-lah) ada kamera yang bisa merekam moment itu 😀 Tapi klo kata Maudi Ayundya walaupun gak ada kamera yang bisa memutarkan rekaman selama aku kuliah di IPB, tapi di kepala kami pasti ada radar yang bisa saling menerima sinyal cinta suci kami beberapa tahun kemudian, buktinya Qadar Allah mempersatukan kami sekarang walaupun di IPB kami entah pernah ketemu apa enggak, cie..cieeee 😀 Lanjut kisahnya setelah diwisuda barengan walaupun mungkin gak ketemuan, kami dua individu tidak saling kenal yang terpisah dimensi jarak dan waktu ini melamar kerja di perusahaan yang sama tentunya gak pake janjian, ya iyalah ngana pikir jo janjian lewat telepati. Jadi ceritanya kami ditakdirkan Allah bertemu di perusahaan yang sama tahun 2007, walaupun aku dipanggil HRD dan masuk duluan, kami masuk cuma beda sebulan doang. Kita beda intake tapi lagi-lagi namanya Qadarullah siapa yang tau yah, kita ditempatin di divisi yang sama loh. Nah dari situlah aku mengenal pria baik hati itu sebagai rekan kerja, pria itu yang sekarang jadi suamiku. Selama 3 tahun berjalan, kami menjalani kehidupan kami seperti biasa Business As Usual, dinamika kehidupan orang kantoran kami jalani sebagai rekan kerja biasa. Kami sempat menjadi teman satu team Quality Control, dan suamiku itu kind of nice person, ditengah pressure deadline delivery time team kami yang membuat tingkat kestressan setiap anggota team meningkat suamiku dengan ketenangan jiwanya bisa memberi advice kepada semua anggota team lain sehingga menjadi lebih tenang. Kami pernah juga sama2 overtime sampai 36 jam loh di kantor, dan semua itu sekarang kami kenang sebagai fun memory.

Sampai pada saatnya alert di kepalaku berbunyi, tahun 2009 adalah deadlineku untuk menikah karena Desember tahun 2009 usiaku udah 25 tahun, dan aku punya target pribadi menikah pada usia maksimal 25 tahun, tapi sementara pada saat itu aku belum punya calon suami, mungkin saking keenakannya nyari duit :P. May day..may day..may day S.O.S I need backup hahaha 😀 Soalnya ortuku juga udah nanya2in sih “nduk kamu bentar lagi udah mau 25 tahun loh, mana calonmu ko gak ada laki-laki yang dikenalin ke mamah? Mamah aja umur 23 udah punya anak satu loh, jangan keasyikan kerja loh nduk, inget umur, kamu itu perempuan jangan kelamaan” Towew..wew..wew.. Haduh mamaaah tolong jodohin aku aja deh!!! Etapi ternyata ortuku termasuk orangtua yang gak mau menjodoh2kan anaknya, walaupun udah aku minta tapi mamahku menolak untuk nyariin aku jodoh loh…hahaha Rasain kamu Sat, harus nyari sendiri 😛

Semua bermuara pada air mata rengekkanku pada Allah Azza wa Jalla, bahwa aku memohon atas jodoh yang terbaik dariNya, jika memang jodoh itu sudah dekat dariku permudahlah aku bertemu dengannya. Demi Allah pencarianku atas jodohku aku serahkan sepenuhnya kepada Allah, karena saat itu aku belom ada pilihan calon suami siapapun. Dan alhamdulillaah Allah jawab dengan tunai semua doa dan permohonanku padaNya, ealaaa ujug2 suamiku itu di jam istirahat kantor menanyakan langsung kepadaku apakah aku sudah siap menikah? Pertanyaan yang terus terang mudah dengan mantap aku jawab “siap”, tapi ternyata bikin aku gelagapan juga klo ditanya langsung oleh pria yang belum “dekat” samasekali denganku dan dia pure rekan kerjaku (ih ge-er deh aku, kenapa juga harus deg-degan orang dia cuma nanya kesiapan ko bukan ngelamar wakaka :P). Tapi alhamdulillah bisa kujawab dengan mantab saat itu, “insyaAllah saya siap lahir batin untuk menikah“…cie..cie..Sasat 🙂 Eterus dia nanyanya berlanjut via SMS, pada saat itu suamiku mengajukan beberapa pertanyaan yang sebenernya aku bingung ko tiba2 dia lewat SMS nanya macem2 yang pertanyaannya gak mudah aku jawab, tapi ternyata insyaAllah jawaban2ku itulah yang membawa kemantapan hatinya memilihku sebagai calon istrinya. Suamiku pada saat itu menanyakan beberapa pertanyaan lanjutan setelah kesiapanku untuk menikah, kayak gini:

1. Menurutmu apa arti pernikahan, dan untuk apa pernikahan itu bagimu?

2. Apakah kamu tau apakah kewajiban dan hak seorang istri dan suami dalam Islam?

3. Bagimana peranan orangtua terhadap anaknya menurut Islam?

4. Menikahkan 2 keluarga, ketika 2 individu menikah bagaimana menurutmu?

Itu pertanyaan2nya, udah kaya soal UAS di KUA kan yaaa???? 😛 Suamiku menanyakan semua pertanyaan itu dalam rangka penseleksian calon dan memantapkan hatinya, karena ternyata dia juga punya target yang sama denganku, menikah pada umur 25 tahun. Dan ternyata jawaban2ku yang merupakan juga prinsipku, click dengannya dan meyakinkan suamiku untuk mengajak ta’aruf menuju pernikahan, tentunya dimantapkan lagi dengan istikharah kami berdua. Aku mengiyakan komitmen ta’aruf kami setelah meminta persetujuan ortuku terlebih dahulu, itu juga menjadi point plus satu lagi di mata suamiku pada waktu itu, bahwa aku gak langsung mengiyakan tapi menanyakan dulu kepada ortuku tentang persetujuan mereka. Tentu aja pada saat itu ortuku menanyakan siapa gerangan laki-laki yang berani mengajak nikah anaknya ini, orang suku mana, pendidikannya apa, kerja dimana? Klo pertanyaan2 umum gitu sih aku bisa jawabnya, nah klo ortuku udah menanyakan: “lah hati kamu sendiri bagaimana nduk, opo kamu tresno karo de’e?” Aku bingung menjawabnya, tapi pastinya ortuku perlu diyakinkan sama anaknya kan yah, masa iya klo anaknya gak suka ortu ngizinin menikahi anaknya, ya akunya dengan memohon petunjuk dari Allah meminta ketetapan hati, jika dia jodoh terbaiku dariMu ya Allah tolong beri aku kematapan hati. Dan kemudian ternyata aku sanggup bilang sama ortuku bahwa aku mau dinikahi oleh laki-laki ini. Ya sudah, kemudian aku jawab ke suamiku: “Bismillah, dengan restu orangtuaku juga iya insyaAllah aku mau berta’aruf untuk menikah denganmu“. Langsung dia bales SMS ku: “Alhamdulillah, insyaAllah besok saya mau ketemu orang tuamu, bisa minta alamatmu dan dipandu ya saya naik angkot apa aja biar bisa sampai rumahmu“. Hatiku dag dig dug gak karuan loh pada saat itu, waah beneran nih dia mau langsung ngomong sm ortuku?! Terjadilah hari itu, ketika suamiku dengan gentle bertemu ortuku dan setelah memperkenalkan diri dan ngobrol2 dengan bapakku dia mengutarakan maksudnya datang ke rumah bahwa dia, mau serius menikahi anaknya. Dan Alhamdulillah bapakku yang sudah tau sebelumnya bahwa ada seorang laki2 temen kerja anaknya yang mau serius ta’aruf untuk menikahinya, langsung menyetujui maksud baik suamiku pada saat itu. Nah setelah pengkhitbahan itu, dia memberikan aku buku tuebel banget untuk aku khatamin baca, judul bukunya Isyratun Nisaa Minal Alif Ilal Yaa (Panduan Nikah Lengkap dari A sampai Z) penulisnya Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq, ya Salaam tuh buku tebelnya kira-kira 2000 halaman dan harus aku khatamin dalam waktu 3 bulan saja, PR banget gak sih? Suamiiii ini semua demi kamu nih…

Lalu terus kami menyamakan persepsi acara pernikahan yang akan kami jalanin nanti kaya bagaimana, mikirin kapan tanggal pernikahannya dan estimasi waktu pengurusan tektekbengeknya, mulai dari kapan lamaran resmi keluarga besar dia ke keluarga besarku, pengurusan adinistratif di KUA, cari gedung, cari paketan catering, undangan, souvenir, food test, fitting baju nikah, ketemuan sama MC, konsep acara, penginapan keluarga besar suami di Jakarta, dll. Hal ini ternyata gak mudah dilalui adakala ditengah pressure kerjaan kami berdua kami harus mengurus tektekbengek pernikahan kami all by ourselves, kadang memicu pertengkaran2 kecil karena perselisihan pendapat mengenai masalah teknis acara pernikahan. Kami berdua pada saat itu sepakat bahwa pernikahan kami insyaAllah menjadi pernikahan pertama dan terkahir seumur hidup, jadi kami ingin berlangsung sederhana, khidmat karena Allah, tidak memaksakan kemampuan kami, tapi juga harus jadi unforgetable wedding memory all  the time, jadi yah harus yang berkesanlah jadi raja dan ratu selama 5 jam hihihi 😀 Kami pengen menikah di rumah Allah, yaitu Masjid instead di gedung dan mengundang handai tolan semampu kami mengundang tanpa terkecuali. Awalnya aku keukeuh mau di Masjid Pondok Indah si masjid biru impianku semenjak dulu, tapi kerena beberapa pertimbangan dan diskusi dengan pihak keluarga, akhirnya kami memutuskan untuk tidak melangsungkan pernikahan di Masjid Pondok Indah yang klo secara jarak sih kepleset dari rumahku juga udah nyampe. Selang 1,5 bulan dia mengkhitbahku secara pribadi ke bapakku, keluarga besarnya datang ke Jakarta untuk dengan resmi meminangku dan memberikanku cincin tanda ikatan aku sudah dipinang dia, gak cuma cincin pada saat acara lamaran juga dateng barang2 seserahan yang banyaaaaaak, hehehe bahagianya hatiku ini 😛

Tiba hari dimana kami memutuskan untuk menikah yaitu Ahad, tanggal 8 November 2009, di Masjid Jami’ Daarul Adzkaar, Cilandak. Tapi sebelumnya suamiku keterima kerja di perusahaan lain yang lebih relevan di bidangnya yaitu perusahaan di bidang kelautan dan perikanan, jadi agak-agak ribet juga ngurus pernikahan sambil dia baru pindah kerja. Semua itu kita jalanin dengan stressed but happy, karena mikirnya udah pas pernikahan berlangsung aja klo mau dipikiran keribetan ngurus acaranya sih deuh bakalan kapok, hahaha ya harus kapok lah menikah cukup sekali aja kan yah suami??? 🙂 Alhamdulillah acara pernikahan kami mulai dari akad sampai resepsi berjalan lancar. Cateringnya oke punya deh, makasih banyak yah Alfinatin Catering atas excellent catering servicesnya, makanannya endeus dan yang terpenting gak ada yang kekurangan makanan dan bahkan alhamdulillah berlebih sampai bisa di bawa pulang untuk para undangan yang datengnya ke rumah bukan ke gedung. Sepaket dengan Alfinatin Catering, adalah Thalita Wedding Makeup dan Cokelat Photo Studio yang dua2nya jempol deh, make upnya excellent periasnya langsung si empunya yaitu ibu Helina yang sabaaaaar banget dan komunikatif merias pengantin sesuai maunya si pengantin, yang aku tuh adalah pengantin cerewet banget bak suketi 😛 Mengenai makeup aku gak mau keliatan menor tapi mau tetep keliatan beautiful dan elegant, and  Alhamdulillah menurutku it was happened 😀

Awal2 pernikahan kami bukan tanpa cobaan, aku diberikan cobaan keguguran diusia kandungan pertamaku 5 minggu, alhamdulillah tidak harus dikuret. Tapi Allah yang maha baik, memberikan gantinya langsung tanpa haid lagi aku langsung hamil yang kedua. Aku memutuskan untuk resign dari kantorku tepat di masa kerjaku 3 tahun yaitu Juli 2010 ketika usia kandunganku 5 bulan 😀  Aku resign demi calon babyku soalnya aku takut babyku kebawa stress ketika beban kerjaku sedang overload. Terus terang abis pernikahan kami gak bisa honeymoon, karena suamiku belom bisa cuti, tapi Alhamdulillah Allah menggantinya jadi babymoon ke pulau Karimunjawa, Jawa Tengah di saat usia kandungan keduaku 6 bulan. Subhanallaah pulau Karimujawa itu virgin beautiful island yah, dan kami puas bisa babymoon kesana, walaupun dengan perut besar aku masih bisa snorkling dan islands trip. Lalu seperti yang udah aku ceritain di postingan ini, aku sangat menikmati peran sebagai full at home mom, mengurus baby tiada bandingan kenikmatannya, syurgaaaa dunia 🙂

And now, Allah mengganti rasa penasaran aku dulu semasa kuliah S1 dengan sekarang kuliah S2 bersama seorang kekasih, walaupun kebersamaan kami di kampus cuma sebentar, soalnya suami udah setahun lebih awal kuliahnya, jadi sekitar 4 bulanan deh kami bersama di kampus sebagai sepasang kekasih 😀 Dan resumenya nih, sebenernya pada awalnya kami dua individu yang jauh dimata dekat dihati, hanya dimensi jarak dan waktu yang memisahkan kami tetapi di Lauhul Mahfudz insyaAllah kami sudah tercatat sebagai sepasang hamba Allah yang saling melengkapi dan mencintai Fillah. Alhamdulillah Allah pertemukan cinta suci kami di perjanjian suci Mitsaqan Ghaliza yaitu pernikahan, semoga cinta ini bermuara di Raudhatul JannahNya bersama buah2 cinta kami, Aamiin.

PS: foto2 menyusul yah, soalnya lagi sibuk belajar untuk UAS d’oh. Eh sekalian deh mohon doanya supaya Allah berikan aku kemudahan dan kelancaran dalam mengerjakan soal2 ujian dan semoga  Allah beri nilai2 ujianku yang bagus2 ya 🙂

Categories: Family, Husband, Kampus, Kuliah, Life, Love, Review, Wedding, Wife, Wisuda | Leave a comment

One is done, and insyaAllah my turn will coming soon.

Alhamdulillaah, wisuda suamiku berjalan lancarrr jaya walaupun bawa krucil…

Alhamdulillah, akhirnya salah satu dari 2 mahasiswa di rumah udah selesai masa studi pasca sarjananya, tinggal satu lagi insyaAllah aku segera menyusul. Yaa Allah duhai Tuhan yang Maha Baik, hamba mohon lancarkanlah studi S2 hamba, agar segera bisa mengikuti jejak suami hamba lulus dan diwisuda, aamiin. Can I get a bunch of aamiins, pleaseee??! 😀  Jadi si Ufa sedikit berkurang bebannya ditengah pressure mom and dadtudentnya, sabar yah nak insyaAllah kami lakukan ini juga untuk kamu kelak 😀

Temen-temen sekelas aku udah pada tau dari jaman aku baru masuk kuliah klo suami aku juga mahasiswa di UNHAN tapi beda cohort. Abah senior satu tingkat di atas aku tapi kami beda program studi, suamiku ambil prodi Defence Economic sementara aku ambil Disaster Management for National Security. Ada plus minusnya juga nih berseniorkan suami sendiri.

Plusnya: aku banyak lebih duluan tau informasi-informasi seputar kampus dan perkuliahan, bisa pinjem buku yang mata kuliahnya sama (tapi sayangnya cuma dikit yang sama), dikenalin sama dosen-dosen yang deket sama suami bisa berangkat dan pulang bareng-bareng suami, makan siang bareng suami, even bisa nyuri-nyuri waktu buat ngedate after school macam abegeh wkakaka 😀 *sungkem sama mamah dirumah*

Minusnya: jreng-jreng siap-siap deh diceng2in sama temen2 sekelas kita berdua, baik sekelasku maupun sekelas suamiku. Sekarang sih aku sudah tahan mental, klo awal-awal dulu ya ampyun aku sempet malu-malu meong klo ada yang bilang: cie, sekarang bisa pacaran dong yah tanpa diganggu Ufa? or Wah ini percakapan dirumah pasti tentang pertahanan RI! or Mana sikecilnya ko gak dibawa ke kampus? trus aku jawab aja: ya ngana pikir jo kuliah sambil menyusui gitu? Hah?! Hah?! *tapi jawabnya di dalem hati* 😛 and so on and so on deh ledekannya.

Tapi sekarang alhamdulillah stress kita sudah berkurang satu karena suamiku udah LULUS sodarah-sodarah!!! yeaaaayy…. Duh sujud syukur banget deh untuk karunia Allah yang satu ini, suamiku tinggal mengamalkan ilmu agar menjadi ilmu yang bermanfaat, aamiin. Dan sekarang pressure di aku yang harus lulus tahun 2013 ini inyaAllah, mohon doanya yah temen-temen.

Lah ini mo ngomongin wisudaan, malah prolognya panjang bener yak..hehehe 😀

Jadi begini, kemaren itu tanggal 20 Februari 2013, suamiku di wisuda tempatnya di KEMHAN RI, di undangan sih jam 9 pagi, tapi katanya pak Menteri bisanya jam 4 sore terus pak menteri diknas gak bisa dateng digantikan sama pak MenPAN, jadi yah bawa krucil sore-sore ke acara wisudaan yang notabennya pan acara formal selama 4 jam pulak booo. Mulut udah komat-kamit berdoa supaya Ufa di dalem acara wisudaan gak rewel dan bikin heboh segedung, walaupun aku udah nyiapin plan B klo nanti Ufa rewel aku ya terpaksa hengkang keluar ruangan dan ngajak main dimana kek gitu biar dia tenang. Nah parahnya lagi ternyata Ufa demam sebelum berangkat ke acara, waduh hati udah kebat-kebit takut dia rewel karena gak enak badan. Tapi untung ada ibu mertua yang siap siaga menghibur Ufa dikala rewel, makasih ibu ^_^ Dan alhamdulillah selama acara Ufa gak rewel, walaupun gak bisa diem tenang gitu, ya kayanya sih mana ada toddler yang bisa diajak menikmati orasi bertema maritim security sejam nonstop gitu yah? 😀

Salah satu yang bikin Ufa betah diem di tempat duduk, karena kita udah siapin amunisi snack buat dia dan ada toddler 3 tahun di belakang bangku kita yang juga manis banget namanya Hillary 😀 mereka berdua maen ala-ala krucils malu-malu tapi mau gitu, dan berbagi snack, oh so sweet 😀 Terus ada lagi nih yang lucu, jadi om Ince dibooking sm suamiku untuk jadi phtographer diacara wisudaan ini, tapi si Ufa takut dan nangis setiap mau di foto Ince, makanya Ince akhirnya jauh-jauh dari Ufa biar gak nangis dan buat geger seruangan. Etapi ada cewe cantik berjilbab staffnya MenPAN namanya mba  Korry yang gemes dan suka ngeliat Ufa, dia foto-fotoin Ufa pake kamera SLRnya awalnya candid gitu, lama-lama Ufanya nyadar dan amazingnya Ufa gak takut samsek dan malahan menikmati di fotoin sama tante cantik itu sampe bergaya-gaya centil gitu, wah ini kayanya masalah muka photographernya deh om Ince… wkakakaka 😀 *digetok kamera SLR sama Ince*

Acaranya hikmad, bagus, dan aku mengandaikan klo aja aku yang duduk disalah satu tempat duduk wisudawan/wati pasti dunia terasa lebih indah 🙂 insyaAllah..insyaAllah Sat… 😀 Acaranya dimulai dari masuknya para wisudaan/wati, dan kemudian masuknya para guru besar disitu termasuk menteri Pertahanan RI Prof. Dr. Purnomo Yusgiantoro, Rektor UNHAN Dr. Subekti, Prof Leppi Tarmidji, Prof Sri Hartati, dll. Kemudian, semua orang yang hadir diruangan aula KEMENHAN RI itu disuruh berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, diikuti mengheningkan cipta, mars UNHAN, hymne UHNAN, dan tanah airku. Kemudian sambutan pak Menteri, pak Rektor, selanjutnya penobatan para wisudawan/wati, dilanjut sama orasi pak Kasal Dr. Marsetio, pembacaan  janji para wisudawan/wati, doa penutup, sampe pemberian selamat kepada para wisudawan/wati oleh pembesar-pembesar, yah kurleb begitulah highlight acaranya  sampe selesai.

Oke deh aku gak ngomong banyak-banyak lagi langsung kasih aja deh some pictures has been captured, here you go.

wisudaan abah

Dan ini hasil captured Ufa oleh mba Korry, mulai dari malu-malu sampe bergaya centil 🙂

ufa di jemur

Ya Allah, semoga ilmu yang kami dapatkan bermanfaat dan Engkau ridhoi segala cita-cita kami. Aamiin

Categories: Family, Husband, Kampus, Kuliah, Ufa, Wisuda | Tags: , , , , , | Leave a comment

Selingkung di kampus

Aku mau ngomongin tentang selingkung di kampus nih. Eits, jangan salah baca loh, ini SELINGKUNG bukan SELINGKUH, pake “NG” loh yah bukan pake “H” 😀

Mungkin sebelumnya, sedikit aku jelasin dulu apaan sih “selingkung” itu? Dulu sempet waktu kuliah matrikulasi awal, dikasih materi kuliah tentang penulisan ilmiah yang baik, jadi biar nanti waktu menyusun laporan ilmiah atau thesis mahasiswa/i sudah menguasai. Ada salah satu bahasan materi kuliah tentang si selingkung ini. Jadi secara terminologi menurut kamus bahasa Indonesia selingkung adalah : (1) sekeliling; sekitar: di ~ pekarangan itu ditanami pohon petai cina; (2) terbatas pada satu lingkungan: gaya.

Klo dalam penulisan, selingkung itu berarti gaya bahasa atau tata cara penulisan yang sesuai dengan lingkungan tempat dimana si penulis berada atau menargetkan tulisannya akan dibaca. Dalam bahasa Inggris, selingkung disebut style guide. Gaya penulisan jurnal bidang ilmu eksata akan berbeda dengan gaya penulisan ilmu sosial, humaniora, sastra, dan pastinya berbeda pula dengan gaya penulisan popular di media massa.

Nah, sekarang nih aku pengen ngomongin bukan gaya bahasa penulisan yah tapi lebih ke gaya bahasa verbal selingkungnya di lingkungan militer. Sebenernya sih kampus aku itu merupakan kampus umum di bidang pertahanan, bukan seperti kampus pertahanan khusus militer NDU (National Defence University) nya negara-negara lain, tetapi UNHAN ini masih mempertahankan kekhasan militernya di dalam kampus. Nah salah satu kekhasan yang pengen aku bahas disini tentang gaya bahasa informalnya (sometimes formal) dikalangan para organic yang jadinya bisa mempengaruhi para mahasiswa/i sipil seperti aku ini. Beberapa gaya bahasa selingkung militer digunakan dalam kampus seperti:

Mohon izin (klo bagi orang sipil bahasa yang biasanya digunakan: permisi)

Komandan atau hanya …Dan (panggilan formal untuk  bapak/ibu yang pangkat/jabatannya lebih tinggi)

Abang (digunakan untuk panggilan akrab pada senior yang terkadang lebih tinggi jabatannya)

Siap (klo bagi orang sipil bahasa yang biasanya digunakan: baik/OK)

Ulangi! (ini digunakan jika dalam berbicara formal kepada audience, seorang militer mengucapkan kekeliruan kata/kalimat sebelum membetulkan dengan kata/kalimat yang benar, biasanya disela dengan kata ulangi!, yang biasanya klo orang sipil gunakan adalah kata maaf)

Ummm apalagi yah? baru segini aja yang aku inget, nanti klo inget yang lain aku uppdate lagi deh postingan ini. Jadi klo dicontohin dalam percakapan adalah seperti ini:

# Selamat pagi, mohon izin komandan! atau Izin Dan, kami bermaksud…

#Siap komandan semua mahasiswa berjumlah 120 orang! atau Siap Dan

#…jika peraturan selama mengikuti perkuliahan mahasiswa wajib memakai daster ulangi dasi, maka seharusnya peraturan itu dipatuhi.

Yah kira-kira begitu deh contoh-contoh penggunaan kata-kata selingkung militer di kampus UNHAN. Ya wajar kali yah secara staf akademik, dosen, rektor, dan mahasiswanya kebanyakan kalangan militer jadi bahasa-bahasa begitu udah biasa untuk diucapkan. Masalahnya pada awalnya kata-kata itu  terasa gak lazim di telingaku, apalagi klo sampai digunakan dalam percakapanku gak kepikiran samasekali dan kayanya gak mungkin deh klo aku sampe ngikutin 😀 

Tapi kayanya jumawa deh buat aku berpikiran begitu soalnya ternyata aku pun ikut terkooptasi aja dong kakaaa 😀 Jadi tanpa sadar aku tuh sering klo lagi ngobrol sama suami, tiba-tiba ngomong “siap” atau “mohon izin” instead of “OK” atau “misi” hahaha 😀 Untungnya belom sampai tahap “Siap Dan” ke suamiku, bisa-bisa kaya ajudan rumah tangga deh eike 😛

Klo kata orang, jika kita berteman dengan tukang minyak wangi pasti kita ikutan jadi wangi, begitu juga gaya bahasa selingkung. Jadi aku wanti-wanti nih ya, jangan terlalu antipati atau jumawa terhadap suatu lingkungan, beware kamu akan terkooptasi, waspadalah!! waspadalah!! waspadalah!! 😀

Categories: Indonesia, Kampus, Kuliah | Tags: , | Leave a comment

Masih punya hutang…

Masih punya hutang bikin postingan tentang milestones-nya Ufa, biar gak lupa dan biar bisa jadi online diary yang insyaAllah dilihat Ufa nanti klo udah besar… Tapi belom selesai-selesai nih, soalnya berlomba waktu sama ngerjain tugas kuliah yang gak ada habisnya sebelom lulus. Nanti klo postingan tentang milestones-nya Ufa udah rampung aku replace postingan ini dengan Ufa’s Milestones. Tungguin yah… 😀

Categories: Uncategorized | Leave a comment

Joki 3in1

Udah lama postingan tema joki 3in1 ini ngejogrog di daftar draft post karena belom sempet ngerampungin. Jadi begini, setiap harinya kan aku ke kampus dari rumah sekitar jam 7 pagi, yang mana jam 7-10 pagi di Sudirman-Thamrin kan berlaku jam 3in1, nah pas banget klo ke kampus tuh  pasti aku lewat Sudirman, jalur terdekat rumah-salemba.  Mulai dari jalan Pakubuwono itu setiap harinya aku pasti disuguhin pemandangan banyaknya joki 3in1 yang mengacung-acungkan tangannya kesetiap mobil pribadi yang lewat. Yang jadi concern aku tuh, pada joki “paket hemat: bayar satu dapet 2” yaitu joki perempuan dengan menggendong anak kecil yang bisa disewa sama orang yang cuma sendirian di dalem mobil biar jadi bertiga. Haduuuuh aku tuh ngeliatnya gemes banget deh, bukan gemes sama anaknya yah, tapi gemes sama entah ibunya, tantenya, neneknya, kaka perempuannya, tetangganya, bahkan bisa jadi mbak susternya si anak kecil itu, rasanya pengen aku unyel-unyel pake knalpot kepalanya kasih tau mereka yang ko yah tega-teganya mereka memanfaatkan para bayi newborn–balita mereka untuk kepentingan pribadi yang keuntungannya menurutku gak seberapa dibanding dengan risiko yang tinggi yang didapat. 

Untitled

Beginilah gambaran joki 3in1 “paket hemat”

Risiko tinggi mulai dari polutan berbahaya seperti timbal dari hasil pembakaran BBM kendaraan yang harus anak-anak kecil itu hirup setiap harinya, padahal kan paru-paru mereka masaih bersih, klo para emaknya sih mau menghirup asep polutan itu langsung dari corong knalpot mobil setiap hari juga ya terserah lah yah, but hey, seems you would put at risk a cancer cell disease to your kiddo’s clean lung, b****! Aku aja yang udah besar gini rasanya gak rela tiap hari ngisepin polutan dari kendaraan beremisi yang aku reduksi sedikit dengan memakai masker, tapi itupun wallahu’alam paru-paru aku bebas polutan apa engga. Risiko yang lainnya, peluang terjadinya kecelakaan lalu lintas, walaupun mungkin percentage terjadinya kecil, tapi bukankah lebih aman klo mereka dirumah aja? Risiko lain lagi kriminalitas yang bisa aja terjadi di dalam mobil yang menyewa mereka, who knows somebody’s intention behind the usual transaction, right? Entah itu penculikan, pemerkosaan, atau bahkan pembunuhan ih naudzubillahi mindzalik.

Aku miris banget ngeliatnya setiap hari, sedih melihat nasib para bayi yang digendong joki tersebut, wajah polos mereka seakan mengatakan bahwa bukan seperti ini hak hidup yang seharusnya mereka dapat dari para “ibu” mereka. Potret sebagian bangsa Indonesia ini, merupakan cerminan bahwa dibalik peraturan pemerintah untuk sebuah keteraturan, pasti ada “celah” akibat yang bisa ditimbulkan. Joki 3in1 ini muncul sebagai akibat dari peraturan 3in1 untuk mengurangi kemacetan, tapi nyatanya peraturan ini tidak berjalan baik, macet masih terjadi malahan mobil-mobil berpenumpang kurang dari 3 orang bisa dengan santai menggunakan jasa para joki untuk sekedar “menunaikan” kewajiban berkendara 3 orang dalam satu mobil sepanjang jalan Sudirman-Thamrin. jumlah mobil yang beroperasi jam operasional 3in1 tidak berkurang dengan adanya peraturan itu. Jadi intinya tujuan dari peraturan 3in1 ini tidak tercapai dan justru menimbulkan akibat lain yaitu maraknya joki 3in1 yang malah menimbulkan kemacetan karena banyaknya mobil yang berhenti tiba-tiba untuk menaikkan si joki itu.

CLD joki 3in1

Causal Loop Diagram Joki 3in1 dalam permasalahan Kemacetan

Klo di mata kuliah system dynamic yang aku dapet di kampus *yang dosennya dosen favourite sekelas* permasalahan kemacetan Jakarta dan joki 3in1 sebagai akibat adanya peraturan 3in1 ini bisa digambarkan dalan causal loop diagram seperti ini:

Jadi maksud Causal Loop Diagram di samping ini adalah:

#Permasalahan kemacetan lalulintas di Jakarta

1. Banyaknya orang yang naik mobil, menyebabkan meningkatnya (+) kemacetan lalu lintas.

2. Meningkatnya kemacetan lalu lintas,  menyebabkan meningkatnya keperluan untuk membuat jalan baru.

3. Peningkatan keperluan membuat jalan baru, menyebabkan meningkatnya pembangunan jalan baru.

4. Meningkatnya pembangunan jalan, menyebabkan meningkatnya panjang jalan.

5. Meningkatnya pajang jalan, menyebabkan banyak orang yang naik mobil lagi.

#Kasus Joki 3in1:

1. Di dalam loop berbeda, meningkatnya kemacetan lalu lintas,  menyebabkan adanya peraturan 3in1.

2. Adanya peraturan 3in1, menyebabkan timbulnya joki 3in1.

3. Adanya joki 3in1, menyebabkan meningkatnya kemacetan lalu lintas lagi karena banyaknya mobil yang berhenti untuk menaikkan si joki.

Ini yang dinamakan pemikiran masalah sebagai sebuah sistem yang saling berkaitan antara subsistem yang membentuk sebuah sistem, sering juga disebuh systems thinking.

Semoga para pembuat keputusan di negeri ini, mampu berfikir seperti systems thinking ini yang melibatkan kedinamisan sebuah permasalahan, sebelum membuat peraturan, sehingga efek-efeknya kemudian sudah dapat diprediksi dan diperhitungkan. Seperti timbulnya para joki 3in1 ini sebagai dampak negatif dari adanya peraturan 3in1, yang menurutku juga gak tercapai goalnya. Dan semoga anak2 Indonesia bisa meningkat kualitas hidup dan kesehatannya, and please notice: to all parents, please be respect to our child’s human right! Children were born to be happy, to be smart, to be healthy, to be better future in this world. Don’t ruin their future and dreams using our ego!

Categories: Indonesia, Kuliah, Life, Problem | Tags: , , , , | Leave a comment

One Happy Saturday

#Percakapan di hari Sabtu pagi.

Ufa: Abah ayo kita ke Playparq!!!! yuuuuk….

Abah: Iya, nanti yah, abah ke kantor dulu.

Ufa: oke, makasih abah *with a ear-to-ear smile 🙂 *

#Tapi ternyata mereka ke Amazing World Ganci.. yes, just two of them! karena bundanya lagi belajar buat UTS, d’oh!

happy_saturday_ufa_abah

One Happy Saturday, before Abah’s biztrip

Ufa Joged-joged karena theme songnya lagu Barney

Ufa joged-joged karena theme songnya lagu Barney

Look at those happy faces…Oh God, that’s a Heaven to me…Please God, let it lays down forever in my life…Thank you God for choosing me to face this..*ketjup satu-satu*

Categories: Family, Husband, Life, Love, Ufa | Tags: , , , , , | Leave a comment

Holycow Steak …

We have been there (HolyCow Steak).

Holycow steak

Review : Not a fan at all…

Kita berdua yang notabennya carnivora berat penasaran banget sama the happening socmed’s steak restaurant. Lalu kita berdua pesen well-done Premium Wagyu Tenderloin Steak dengan sauce berbeda suamiku pake sauce barbecue dan aku pake buddy sauce, etapi ternyata me and hubby are dissapointed 😦 That was beyond our expectation about premium wagyu meat 😀 Sauce barbecue-nya sih lumayan enak dan klo buddy sauce yaitu kind of mushroom sauce yang katanya dimodifikasi lagi klo menurutku kurang nendang rasanya, masalahnya dagingnya itu loh, makjaaan banyak bener lemaknya. Aku bener-bener merasa berdosa ngunyah steak ini.. Ya gimana engga kakaaa, soalnya abis dinner ini jarum timbangan menuju ke arah kanan sebijik dua bijik… 😦

Kata suamiku: “Bun, klo engga karena kamu ngerengek-rengek minta kesini, abah dibayar sama Holycownya suruh makan lagi disini juga ogah! Ada harga ada barang Bun, jauh banget dibandingin wagyu-nya American Grill…”

Yah suamiiiiii, yaiyalaaaah di American Grill kan sebijik daging wagyu harganya 400rb, klo aku makan seharga itu pake duit sendiri, aku bakalan nahan-nahan buat dikeluarin lagi besok paginya, biar lamaan dikit diperut gitu jadi gizinya diserap to the max…*yabees sayang jeeek 400rebu hilang sekejap* wakakaka 😀

Maapkeun klo reviewnya mengecewakan yah. Tapi ini memang jujur assessment dari aku.

Sekian, dan see you at the other food/restaurant review by me.

Categories: Food, Life, Restaurant, Review | Tags: , , , | Leave a comment

Blog at WordPress.com.